Pantai
Kolbano merupakan salah satu pantai yang unik. Bukan karena keindahan pasir
putihnya, melainkan karena hamparan batu-batu yang berwarna-warni di sepanjang
pantai.
Pantai Kolbano terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah Desa Kolbano 17 km2. Pantai Kolbano terkenal dengan batu berwarnanya dan sudah dimanfaatkan penduduk setempat sejak tahun 1971. Pantai ini memiliki ragam bebatuan berwarna-warni yang penuh corak, seperti merah, hijau, kuning, hitam, putih, dan lain-lain.
Pantai Kolbano terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah Desa Kolbano 17 km2. Pantai Kolbano terkenal dengan batu berwarnanya dan sudah dimanfaatkan penduduk setempat sejak tahun 1971. Pantai ini memiliki ragam bebatuan berwarna-warni yang penuh corak, seperti merah, hijau, kuning, hitam, putih, dan lain-lain.
Di
pantai Kolbano saya bersama teman-teman menyempatkan diri
menyambanginya. Kami berangkat dari Kota Kupang sekitar pukul 08.00 WITA
menggunakan kendaraan motor. Dalam perjalanan menuju ke sana, kami menyempatkan
mampir di salah satu jembatan yang cukup terkenal di Kabupten Kupang yaitu Jembatan
Noelmina. Jembatan Noelmina ini relatif lebih terkenal daripada jembatan Liliba
yang ada di Kota Kupang.
Setelah
puas mengunjungi Jembatan Noelmina, kami pun melanjutkan perjalanan menuju
pantai Kolbano. Setelah keluar dari Kota Kupang sinyal handphone pun mulai
menghilang, untuk itu bila merencanakan mengunjungi pantai Kolbano disarankan
agar mengganti dengan provider yang cocok untuk daerah Kupang agar dapat terus
berkomunikasi.
Dalam
perjalanan yang cukup panjang tersebut banyak sekali hal-hal baru yang kami
temui. Salah satunya adalah perkampungan pengungsi Timor Timur. Mereka
mendirikan rumah-rumah adat yang terbuat dari alang-lang di sepanjang jalan.
Selepas perkampungan pengungsi Timor Timur, kami menjumpai perkampungan dimana
masyarakatnya menjajakan garam di pinggir jalan. Garam-garam tersebut dikemas
daun lontar yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai keranjang. Bukan
hanya garam, kami pun menemui suatu barang dagangan yang cukup langka dalam
perjalanan, yaitu batang kayu lontar . Usut punya usut, ternyata batang
kayu itu merupakan makanan babi.
Perjalanan
ke Kolbano makin memasuki daerah pelosok. Kami mulai memasuki jalan yang sempit
dan berkelok-kelok dengan alang-alang serta pepohonan yang nan indah di
sepanjang jalan. Setelah jalan yang berkelok-kelok, kami memasuki jalan
lurus yang panjang dengan hamparan sawah hijau. Jalan lurus tersebut
dinamai rata-rata Bena, Sungguh sebuah pemandangan yang tidak biasa.
Belum
puas mata kami dimanjakan oleh hamparan sawah yang hijau, kami sudah disuguhi
pemandangan rumah adat masyarakat Kupang. Sesekali di sebelah kiri dan kanan
jalan terlihat rumah penduduk yang jaraknya saling berjauhan satu dari yang
lain. Uniknya, setiap keluarga memiliki dua jenis bangunan rumah. Bangunan
pertama tampak lebih modern, berbentuk persegi dan terbuat dari kombinasi batu,
papan dan seng. Bangunan kedua tampak seperti jamur merang jika dilihat dari
ketinggian. Masyarakat menyebutnya sebagai rumah bulat, sebentuk rumah adat
yang masih dipertahankan.
Dinding
rumah bulat (umek bubu) melingkar dengan garis tengah antara 3-5 meter. Atapnya
yang berbentuk seperti kepala jamur merang terbuat dari rumput alang-alang.
Ujung alang-alangnya hampir menyentuh permukaan tanah. Dindingnya terbuat dari
potongan-potongan kayu dan bambu. Pintunya setengah lonjong dengan ketinggian
kurang satu meter. Untuk masuk, orang dewasa harus membungkukkan badan terlebih
dahulu. Rumah bulat digunakan masyarakat untuk menyimpan jagung dengan cara
digantung pada penyanggah atap dan dipanaskan dengan bara api agar tidak rusak
dan kualitasnya tidak menurun.
Selain sebagai lumbung pangan warga di kala
musim paceklik, rumah bulat juga difungsikan sebagai dapur (umumnya menggunakan
kayu bakar) dan tempat penyimpanan perkakas rumah tangga. Dapat dikatakan rumah
bulat ini sangat ekonomis, karena digunakan untuk berbagai macam keperluan
rumah tangga. Di sepanjang perjalanan keakraban dan keramahtamahan penduduk
Kupang selalu menyapa kami.
Selepas
itu, akhirnya kami sampai juga ke tujuan. Perjalanan panjang yang melelahkan
terbayarkan dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Air di pantai Kolbano
memiliki warna yang bervariasi dari tepi hingga ke tengahnya sehingga
menyerupai kue lapis. Di tepiannya berwarna putih, dan semakin ke tengah warna
air semakin membiru.
Selazimnya
bibir pantai dipenuhi hamparan pasir, namun di pantai Kolbano terhampar warna
warni batu-batuan dengan beragam tekstur yang terlihat sangat indah dan unik.
Bila dilihat dari kejauhan, warna warni bebatuan ini membentuk garis pantai
yang tampak memesona. Inilah secercah keindahan alam di pantai Kolbano. Pantai ini masih sangat bersih dan masih relatif sepi
sehingga suara ombak dapat terdengar dengan merdu. Hal yang cukup unik di
pantai ini adalah tidak adanya nelayan. Di sana kami justru menemui pedagang
batu. Dengan potensi keanekaragaman batu, masyarakat sekitar pantai Kolbano
memilih tidak menjadi nelayan, namun mereka memilih mengumpulkan batu-batuan
tersebut untuk kemudian disortir dan dijual keluar wilayah Kupang. Dari usaha
menjual batu tersebut, mereka mendapatkan penghasilan yang cukup karena harga
jual batu-batu alam tersebut relatif cukup mahal. Harga satu karung batu-batu
alam tersebut mencapai Rp 400.000.
Yang masih disayangkan di pantai ini adalah
minimnya layanan umum, seperti yang kita temui di objek-objek wisata pada
umumnya. Warung makan, penginapan dan sarana umum lainnya tak terlihat di sana,
sehingga pengunjung harus mempersiapkan segala sesuatunya bila ingin
mengunjungi pantai Kolbano. Semoga pemerintah setempat dapat memberikan
dukungan terhadap perkembangan pantai Kolbano, karena pantai ini memiliki
potensi untuk dijadikan objek wisata yang menjual.
Gallery Foto
Team (dari kiri ke kanan)
Adrian, Alisia, Adrian Mantu, Marce, Ekka, Echa, Ardika, Dede, Roy
kaa kalo dr jakarta mau ke kalbano gmn ya caranya ?
ReplyDeletenaik aja tukang ojek,pas tukang ojek tanya mau ke mana?...bilang aja mau ke kolbano,rumah saya di sana
Delete